BERZIKIR 1

 Zikir sebagai Jalan Penenang Hati dan Penopang Spiritualitas: Telaah Ilmiah terhadap Makna dan Manfaat Zikir dalam Tradisi Islam

Pendahuluan

Zikir merupakan salah satu aspek penting dalam praktik spiritual Islam yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Ia tidak hanya menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga sebagai jalan penyucian jiwa dan penenang hati. Dalam pengajian dan ceramah para ulama, zikir senantiasa ditekankan sebagai amalan yang paling utama dan memiliki faidah luar biasa dalam kehidupan seorang muslim. Dalam tulisan ini, kita akan menelaah secara ilmiah makna, tingkatan, serta manfaat zikir berdasarkan pengajian yang disampaikan oleh para ulama seperti Imam Ibn Athaillah, Imam Hasan as-Samarqandi, dan Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad.

Makna dan Hakikat Zikir

Secara bahasa, zikir berarti "mengingat" atau "menyebut". Dalam konteks spiritual Islam, zikir adalah menyebut nama Allah dan mengingat-Nya dalam hati dan lisan secara terus-menerus. Zikir dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti membaca tahlil (Laa Ilaha Illallah), tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), takbir (Allahu Akbar), membaca Al-Qur'an, berdoa, hingga shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Semua ini termasuk dalam cakupan zikir.

Tingkatan Zikir

Zikir memiliki tingkatan-tingkatan yang menunjukkan kedalaman spiritual seseorang:

  1. Zikir lisan dan hati: menyebut nama Allah dengan lisan disertai kehadiran hati. Inilah tingkatan tertinggi dan paling utama dalam zikir.

  2. Zikir hati tanpa lisan: hati mengingat Allah meskipun lisan tidak menyebut-Nya.

  3. Zikir lisan tanpa hati: lisan menyebut Allah tetapi hati lalai. Meski ini adalah tingkatan terendah, ia tetap lebih baik daripada tidak berzikir sama sekali. Imam Ibn Athaillah berpesan agar seseorang jangan meninggalkan zikir hanya karena merasa belum bisa menghadirkan hati. Mulut yang berzikir tetap lebih baik daripada mulut yang diam.

Zikir itu akan memberi manfaat jika zikirnya banyak, istiqomah (terus menerus dan teratur) dan hadir hati.

Keutamaan dan Manfaat Zikir

Zikir memiliki banyak keutamaan dan manfaat spiritual maupun psikologis. Di antaranya:

  1. Menenangkan hati: Sebagaimana firman Allah: "Alaa bi dzikrillahi tathma'innul quluub" (QS. Ar-Ra'd: 28), "Ketahuilah bahwa dengan mengingat Allah hati menjadi tenang."

  2. Penolak was-was setan: Zikir dapat menolak bisikan setan, terutama ketika hati kita tergoda untuk melakukan maksiat. Zikir semacam Laa Ilaha Illallah jika diucapkan dengan penuh kesadaran dapat mengusir niat jahat dari dalam hati.

  3. Menghapus dosa: Dalam hadits disebutkan bahwa membaca Laa Ilaha Illallah dengan panjang dan menghadirkan hati dapat menggugurkan hingga 4.000 dosa kecil.

  4. Mengangkat derajat dan membuka pintu makrifat: Zikir yang rutin dan dilakukan dengan kehadiran hati akan membuka pintu makrifat (pengenalan hakiki kepada Allah) serta mempertinggi derajat spiritual seorang hamba.

  5. Membangun rumah di surga: Setiap kali seorang hamba berzikir, para malaikat membangunkan istana untuknya di surga.

  6. Menjauhkan sifat munafik: Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa orang munafik sangat jarang berzikir: "Wala yadzkurunallaha illa qalila" (QS. An-Nisa: 142). Maka, memperbanyak zikir adalah salah satu cara untuk menyucikan hati dari sifat-sifat munafik.

  7. Menjadi teman di kubur: Diriwayatkan bahwa zikir Laa Ilaha Illallah akan menemani seorang muslim di dalam kubur dan di padang Mahsyar.

  8. Menjadi sebab husnul khatimah: Orang yang terbiasa berzikir berpotensi besar meninggal dalam keadaan mengucap Laa Ilaha Illallah.

Zikir Harian dan Keterikatan Kontekstual

Zikir tidak hanya terbatas pada satu bentuk dan satu waktu. Ia bisa dilakukan kapan saja dan dalam berbagai kondisi. Misalnya:

  • Saat hendak makan: Bismillah.

  • Setelah makan: Alhamdulillah.

  • Ketika bangun tidur: Alhamdulillahilladzi ahyana ba'da maa amatana.

  • Saat melihat ciptaan menakjubkan: Subhanallah.

  • Saat ditimpa musibah: Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.

Namun, di antara semua bentuk zikir, yang paling utama secara mutlak adalah Laa Ilaha Illallah. Ia tidak terikat waktu dan tempat, serta diperintahkan untuk diperbanyak: "Ya ayyuhalladzina amanu dzikurullaha dzikran katsira" (QS. Al-Ahzab: 41).

Upaya Menghadirkan Hati dalam Zikir

Salah satu tantangan dalam berzikir adalah kehadiran hati. Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad berpesan agar seorang murid dalam tahap awal harus berusaha keras memalingkan pikirannya dari segala hal yang tidak berkaitan dengan makna zikir. Bahkan jika pikiran itu baik sekalipun, harus dipalingkan ketika berzikir agar hati benar-benar terfokus kepada Allah.

Zikir yang terus-menerus dengan kehadiran hati akan menumbuhkan uns (kejinakan) dalam hati. Bahkan menurut ulama, seseorang yang telah terbiasa zikir akan tetap merasakan kelezatan zikir meskipun sudah wafat. Zikir menjadi teman sejati di alam kubur.

Penutup

Zikir bukan hanya rutinitas, melainkan fondasi utama dalam membangun spiritualitas seorang muslim. Dengan melazimi zikir, seorang hamba dapat membersihkan hati, menolak was-was setan, memperoleh ketenangan jiwa, dan mendekat kepada Allah. Oleh karena itu, marilah kita menjadikan zikir sebagai amalan utama dalam kehidupan kita sehari-hari. Mulailah dengan zikir lisan, lalu latihlah hati untuk hadir, hingga kelak zikir menjadi jalan makrifat dan penyelamat di dunia dan akhirat.

Wallahu a'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BERZIKIR 2

SHOLAT 2