BERZIKIR 2
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Keutamaan Dzikir dalam Meningkatkan Kualitas Kehidupan Spiritual Muslim
Dzikir merupakan amalan hati dan lisan yang memiliki kedudukan tinggi dalam Islam. Secara etimologis, dzikir (الذِّكْر) berarti menyebut, mengingat, atau memperhatikan. Secara terminologis, dzikir berarti menyebut dan mengingat Allah dengan lisan, hati, atau keduanya secara bersamaan. Amalan ini menjadi salah satu bentuk ibadah yang diperintahkan secara langsung dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Allah SWT berfirman:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
"Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari-Ku." (QS. Al-Baqarah: 152)
Ayat ini menunjukkan bahwa dzikir bukan hanya kewajiban, tetapi juga bentuk hubungan timbal balik antara hamba dan Tuhan. Seseorang yang senantiasa berdzikir akan mendapatkan perhatian, perlindungan, dan petunjuk dari Allah SWT.
Dalam hadits Nabi SAW juga dijelaskan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنَا عِندَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ، ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ...» (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: "Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di tengah keramaian, maka Aku pun mengingatnya di tengah keramaian yang lebih baik dari mereka." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjelaskan bahwa dzikir menjadi sarana dekatnya seorang hamba dengan Tuhannya. Dzikir yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan akan membuahkan ketenangan, sebagaimana firman Allah:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28)
Dalam konteks pendidikan dan pembinaan karakter, dzikir melatih kepekaan spiritual dan membentuk kepribadian yang tenang, sabar, dan selalu bersandar kepada Allah. Dzikir juga menjadi pelindung dari bisikan syaitan dan penyakit hati, seperti riya’, ujub, dan sombong. Seorang muslim yang membiasakan berdzikir akan memiliki kesadaran ilahiyah yang kuat, yang menjadi fondasi utama dalam menjalani kehidupan.
Para ulama sufi menjadikan dzikir sebagai jalan utama untuk mencapai maqam-maqam spiritual. Dalam kitab al-Hikam karya Ibn ‘Athaillah, disebutkan:
لا تَترُكِ الذِّكرَ لعدمِ حضورِ قلبِك فيه، فإن غفلتَك عن وُجودِ ذكرِه، أشدُّ من غفلتِك في وُجودِ ذكرِه
Artinya: "Janganlah engkau meninggalkan dzikir karena hatimu tidak hadir di dalamnya. Sesungguhnya kelalaianmu dari dzikir itu lebih buruk daripada kelalaianmu di saat berdzikir."
Pernyataan ini menekankan bahwa dzikir tetap memiliki nilai, meskipun belum sepenuhnya menghadirkan hati. Dengan terus melatih diri berdzikir, lama-kelamaan hati akan terlatih untuk hadir dan khusyuk dalam mengingat Allah.
Dalam praktik keseharian, dzikir bisa berupa bacaan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, istighfar, shalawat, dan lainnya. Membiasakan bacaan seperti:
سُبْحَانَ اللهِ (Maha Suci Allah)
الْحَمْدُ لِلَّهِ (Segala puji bagi Allah)
اللَّهُ أَكْبَرُ (Allah Maha Besar)
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ (Tiada tuhan selain Allah)
أَسْتَغْفِرُ اللهَ (Aku memohon ampun kepada Allah)
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ (Ya Allah, limpahkan shalawat kepada Nabi Muhammad)
Amalan dzikir ini tidak hanya memberi pahala besar, tetapi juga menjadi terapi spiritual yang mendalam. Oleh karena itu, umat Islam seyogianya menjadikan dzikir sebagai bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individu maupun kolektif, untuk memperkuat hubungan dengan Allah dan membentuk karakter spiritual yang kokoh.
Wallāhu a‘lam biṣ-ṣawāb.
Komentar
Posting Komentar